MADRID – Pelatih kepala Juventus, Igor Tudor, memilih untuk bersikap optimistis dan tegar meskipun timnya baru saja menelan kekalahan kedua berturut-turut. Usai ditekuk Real Madrid 0-1 di Santiago Bernabéu pada matchday 3 Liga Champions 2025-2026, Tudor bersikeras bahwa Bianconeri—julukan Juventus—masih berada di jalur yang tepat menuju perbaikan.
Gol semata wayang dari wonderkid Real Madrid, Jude Bellingham, di menit ke-57, memastikan Juventus pulang tanpa poin. Kekalahan ini menambah panjang periode sulit bagi Juventus, yang sebelumnya secara mengejutkan takluk 0-2 di tangan tim promosi Serie A, Como 1907.
Penyesalan dan Peningkatan Sikap
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Tudor mengakui adanya kekecewaan besar di skuadnya. Para pemain merasa penampilan mereka, terutama di babak pertama, pantas mendapatkan hasil yang lebih baik.
“Para pemain kecewa, karena mereka merasa pantas setidaknya mencetak satu gol dari peluang yang kami ciptakan. Ada penyesalan, tetapi secara keseluruhan, kami berada di jalur yang benar,” ujar Tudor, dilansir dari Football Italia.
Pelatih asal Kroasia itu secara spesifik memuji karakter dan mentalitas yang ditunjukkan Dusan Vlahovic dan kawan-kawan, terutama saat menghadapi tekanan dominasi Real Madrid di kandang lawan.
“Saya menyukai sikap dan karakter awal yang kami tunjukkan. Kami hanya kebobolan berkat kualitas individu Vinicius [Junior] yang luar biasa di antara tiga pemain, dan kemudian memantul dari tiang gawang sebelum disambar Bellingham,” jelasnya, menyoroti bahwa gol Real Madrid lebih disebabkan oleh kejeniusan individu dan sedikit ketidakberuntungan.
Mengurai Masalah Mentalitas dan Level Permainan
Meskipun memuji semangat juang, Tudor tidak menutup mata terhadap kelemahan tim. Ia menyinggung masalah kurangnya pengalaman beberapa pemain dalam menghadapi intensitas tertinggi kompetisi Eropa.
“Kami memang lapar [untuk menang], tetapi ketika berlari begitu banyak (melawan tim sekelas Madrid), ketajamannya berkurang di babak kedua dan banyak pemain kami yang belum terbiasa bermain di level [Liga Champions] ini,” katanya jujur.
Tudor juga menyampaikan kritik terhadap isu kepemimpinan di lapangan, yang dianggapnya menjadi pekerjaan rumah utama dalam proyek pembangunan kembali skuad Bianconeri.
“Setiap orang harus menjadi pemimpin di tim ini, dan dalam hal itu saya pikir kami sedikit di bawah apa yang saya inginkan. Banyak pemain baru datang dan kami kehilangan beberapa pemain juara yang berpengalaman,” ungkap Tudor, mengacu pada masa transisi tim yang kehilangan figur-figur senior berkarakter kuat.
Fokus pada Stabilitas dan Menjauhi Bayang-bayang Masa Lalu
Kekalahan di Bernabéu membuat Juventus hanya mengumpulkan dua poin dari tiga pertandingan awal Fase Liga Champions, menempatkan mereka di zona eliminasi. Lebih parah, kekalahan ini memperpanjang catatan tanpa kemenangan Bianconeri menjadi tujuh pertandingan terakhir di seluruh kompetisi.
Tudor menegaskan bahwa ia kini fokus total untuk memulihkan stabilitas mental dan teknis timnya.
“Kami memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan, tetapi kami harus percaya pada tim ini, karena kami berada di jalur yang benar. Perbandingan dengan masa lalu tidak membantu, tetapi kami harus menerimanya. Kami harus terus bekerja keras,” pungkasnya, menunjukkan kesadaran akan beratnya ekspektasi di Turin, sembari meminta kesabaran di tengah proyek rekonstruksi tim.
Tugas berat kini menanti Tudor untuk membuktikan klaimnya. Ujian berikutnya adalah menahan laju penurunan performa dengan menghadapi Lazio dalam lanjutan Serie A, sebelum kembali memikirkan peluang di Liga Champions.